Jangan Duduki Buku Ini!

Judul         : Don`t Shit On This Book:  Kumpulan Tabu dan kepercayaan Chinese

Penulis     : Master Philip Cheong dan S.L. Ang

Penerbit   : Karaniya

Cetakan    : I,Februari 2010

Tebal         : 187 Halaman

ISBN          : N/A

——————————————————————————————————————————————–

Perempuan itu Terbuat dari Air-

(Pepatah Cina Kuno)

Banyak pamali yang telah kami ketahui sejak kecil hingga sekarang ini. Sejak kami masih dipangkuan ibu hingga kini yang telah sering meremehkan tabu. Berbagai mitos, tabu atau pamali ini telah hidup sejak dulu. Entah kapan. Tak ada bantahan atau sanggahan. Tabu ya tabu. Seringkali tak ada alasan dibaliknya.

Mitos ini hidup di banyak kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia. Sepertinya ia telah mulai hidup di saat populasi manusia semakin membludak. Begitu juga pada masyarakat Cina. Bangsa Cina mungkin tepatnya. Mereka memiliki sekumpulan tabu dan mitos-mitos yang lestari dari Era Dinasti hingga era gelembung ekonomi kini.

Kebetulan, kami beberapa saat kami membeli buku tentang mitos orang China. Ya tentu saja. Ini bukan buku berat yang mengharuskan kami bekerja ekstra keras untuk memahaminya. Ini buku yang ringan-ringan saja. Buku ini berisikan paparan singkat mengenai mitos-mitos yang hidup/pernah hidup pada orang China. Dan kami juga menamatkan buku ini nyicil dalam beberapa hari sebelum tidur malam.

Kami juga bukan orang yang ahli mengenai masalah tabu atau menguasai banyak tentang masyarakat atau kultur orang China. Kami hanya mencoba untuk membagi sedikit pengalaman yang didapat pada saat membaca buku ini. Buku yang dikemas dalam bahasa popular yang sekali duakali membuat kami tertawa karena kocak atau tertegun karena sedikit kaget.

“Bau-bau” mitos pun bahkan mungkin telah dimulai sejak anda melihat buku ini. Cover yang dominan berwarna merah mungkin saja diusung oleh penulis/penerbit untuk mendulang penjualan yang melimpah. Ya , mungkin saja. Itu hanya tebak-tebakan kami. Terlepas dari itu, memang warna merah dipercaya dapat memberikan keberuntungan dan kemakmuran bagi orang China. Serupa ketika memberikan angpau (amplop keberuntungan) pada tahun baru Cina lewat ampop merah yang berisi uang dengan bilangan genap. Ya harus genap karena dipercaya dapat memberikan keuntungan yang berlipat. Tak boleh memberikan jumlah yang ganjil. Jumlah ganjil hanya diberikan saat pemakaman seseorang.

Selain warna tabu orang Cina banyak membahas tentang angka. Kaitannya apalagi kalau tidak untuk memberikan kemakmuran dan keberuntungan. Angka delapan dianggap sebagai angka keberuntungan, karena dapat memberikan untuk berlipat dan juga menyimbolkan penghormatan kepada ke-delapan dewa. Juga menganggap angka satu sebagai yang terbaik, dua; kebahagiaan ganda, dan tiga; tak terbatas. Kemudian angka lima yang dianggap melambangkan bersatunya ke lima unsur;logam, kayu,api, air, dan tanah. Namun tak begitu dengan angka empat yang dianggap sebagai angka sial karena mempunyai pengucapan yang sama dengan `mati`. Itu juga katanya mengapa ketika di lift di gedung-gedung perdagangan tidak ada tulisan lantai 14, adanya lantai 13A.

Namun jika dilihat lebih lanjut, mitos-mitos yang hidup di orang China secara umum terbentuk berdasarkan atas. 1. Kemiripan/kesamaaan pelafalan juga kemiripan/ Kesamaan Penulisan. 2. Analogi kemiripan sifat. Ya secara umum mitos yang ada dalam buku ini merujuk pada hal di atas. Selain itu tentu saja merujuk pada feng shui, terutama pertimbangan kepada unsur Yin dan Yang.

Pertama kemiripan/kesaman pelafalan. Misalnya, angka 4 dianggap dapat membawa sial karena pengucapan dalam bahasa Cinanya sama seperti kita mengucapkan kata `mati` (seperti homonim mungkin). Ada juga mitos lain ketika hendak memberikan hadiah kepada kawan, kerabat, kekasih, atau keluarga. Dalam hal ini kita dilarang untuk memberikan hadiah berupa jam tangan. Hal ini karena, jam ketika dilafalkan dalam bahasa Canton terdengar seperti `akhir kehidupan`. Jadi sama seperti kita menawarkan perpisahan pada kerabat kita. Selain itu ada juga, ketika dalam festival Ching Ming. Hari saat kita membersihkan nisan kuburan leluhur. Hari saat kita mengingat dan menghargai orang yang telah meninggal. Saat itu, makanan (untuk persembahan) yang disajikan harus berjumlah genap (enam atau delapan), tapi jangan empat dan lima. Hal ini karena kata `enam` ketika diucapkan terdengar seperti `keabadian` dan delapan karena pengucapannya sama dengan `makmur`.

Kemudian mitos selanjutnya ialah berkaitan dengan sifat, analogi, atau personifikasi suatu hal atau benda. Misalnya dilarang untuk mencuci dan menjemur pakaian di depan rumah. Hal ini karena dipercaya Dewa Kekayaan secara acak akan menghampiri tiap rumah. Dan jika ada jemuran di depan rumah, maka dewa tersebut tidak akan menghampiri rumah tersebut. Selain itu, kita dilarang meyimpan sapu dan dan menyapu ke arah luar rumah. Hal ini sama saja dengan mengusir dewa-dewa. Dan rumah kita tidak akan diberi kemakmuran. Sampah seharusnya disapu ke arah dalam rumah dan tidak membuang sampahnya begitu saja di depan rumah.

Selain itu ada juga pantangan dalam memilih pasangan. Misalnya orang yang bershio Kambing dilarang berpasangan dengan orang yang bershio macan. Hal ini karena mereka akan selalu bertengkar, dan satu pihak selalu akan mengusai pasangannya. Ada juga tabu yang mengatakan bahwa laki-laki dilarang berjalan di belakang perempuan. Hal ini akan menimbulkan kemalangan dalam hidup bagi pihak laki-laki.

Selain itu ketika ada yang meninggal. Jenazah sepanjang malam harus ditunggui. Tidak boleh ada makhluk hidup atau bahkan kucing yang melewati/meloncati peti jenazah tersebut. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan pertukaran energi yang memungkinkan jenazah tersebut hidup lagi. Jadi dalam kebiasaan orang Cina ada yang dinamakan `duduk sepanjang malam’ untuk menunggui jenazah sepanjang malam.

Saat ada kita sedang berduka kita pun dilarang mengunjungi orang lain. Hal ini dipercaya akan membawa kesialan kepada orang lain dan kepada diri sendiri. Hal ini dapat menimbulkan bentrokan antara energi yin dan yang.

Penulis buku ini pun melihat bahwa banyak mitos tersebut yang telah ditinggalkan atau bahkan untuk beberapa orang malah tak mengenalnya. Ia juga berpendapat mitos tersebut dilakukan hanya untuk melindungi hal-hal berharga yang ada di masyarakat Cina. Ya, kita pun harus dapat menyeleksi relevansi mitos tersebut akan kehidupan saat ini. Lagi pula hidup rasanya kurang asyik dan datar-datar saja jika hidup tanpa mitos.

Nah, jadi…. di akhir ulasan ini kami akan memberikan pertanyaan. Kira-kira kenapa hayoo menurut pepatah China perempuan itu terbuat dari air?……..

Tinggalkan komentar