Peradaban dibangun dengan adanya keterhubungan antara satu manusia dengan manusia di daerah lainnya. Kehidupan berkembang ketika jalan dan sarana transportasi sebagai penunjang kehidupan manusia telah tercipta sehingga memudahkan mobilitas manusia. Dengan infrastruktur yang memadai, manajemen transportasi yang baik dan moda transportasi yang terjangkau maka pergerakan manusia menjadi lebih efisien. Imbasnya, aspek keselamatan terjaga, waktu tempuh menjadi lebih singkat, dan durasi perjalanan pun terprediksi. Implikasinya kemudian begitu luar biasa, perkembangan ekonomi menjadi merata, tata ruang kota terencana apik, polusi udara dapat ditekan, meningkatnya kesejahteraan masyarakat hingga munculnya ide dan ruang ekspresi baru karena keterhubungan antar daerah.
Sejarah memperlihatkan bagaimana kota metropolis yang berhasil sejak abad ke 19 memiliki angkutan massal yang mumpuni yang dapat digunakan secara nyaman dan reguler oleh penduduk kota. Angkutan umum yang baik ini merupakan tulang punggung perekonomian dan menjadi salah satu titik penting dalam membangun peradaban (Kusumawijaya, 56: 2004). Sejarah kereta api di Indonesia pun membuktikan hal serupa. Kota Bandung misalnya, yang sebelum merupakan daerah pedalaman, perlahan berubah ketika telah dibangun rel kereta yang melewati kota ini dimana gerbong kereta pertama tiba di Stasiun Bandung pada tanggal 17 Mei 1884. Sejak itu Kota Bandung sebelumnya disebut kleine berg dessa (desa pegunungan yang mungil) kemudian pada tahun 1920-an telah menjadi kota yang besar yang dikenal dengan Parisj Van Java (Kunto, 2000: 16-24)
Kereta api sudah seharusnya menjadi salah satu tumpuan kehidupan bangsa Indonesia. Data pada bulan Juli 2017 menunjukkan bahwa penumpang kereta api berjumlah 34.310.000 orang (bps.go.id). Selanjutnya, hal utama yang harus dilakukan tentu saja dengan membangun infrastruktur demi kehadiran dan ketersambungan jalur kereta api, tidak hanya di pulau Jawa namun seluruh pulau besar yang ada di Indonesia.
Dengan pembangunan rel dan reaktivasi jalur kereta lawas, maka perekeonomian penduduk setempat menjadi meningkat. Akses mereka terhadap pasar membuat distribusi barang menjadi lebih lancar, murah, dan efisien. Hal itu juga menciptakan lapangan kerja baru, mulai dari masa pembangunan fisik hingga perekrutan tenaga baru untuk ditempatkan di stasiun yang hendak direvitalisasi kembali. Ketika hal ini sudah terjadi, maka perekonomian daerah sekitar menjadi terangkat. Usaha rakyat seperti pedagang di pasar diuntungkan, warung makan menjadi ramai, tempat penginapan okupansinya meningkat, hingga tumbuhnya omset pedagang buah tangan.
Ketika ekonomi rakyat telah meningkat, maka akses terhadap pemenuhan kebutuhan dasar, akses terhadap pendidikan, dan layanan kesehatan anak pun bisa terpenuhi. Hal penting lainnya ialah ketika ekonomi sudah meningkat maka mereka bisa menyisihkan sebagian pendapatan untuk menabung. Maka penting kiranya PT KAI untuk segera membangun dan merekativasi jalur lawas. Hadirnya kereta api bisa menjadi titik balik dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pemerataan pembangunan jalur kereta api juga memicu pemerataan pembangunan dan kesempatan dalam membangun daerah baru. Dengan ini sumber ekonomi tidak hanya berpusat di kota besar saja. Implikasinya hal ini tidak akan menyebabkan urbanisasi ke kota-kota besar yang memicu beragam masalah sosial, mulai dari kepadatan penduduk, kriminalitas, hingga kemacetan parah. Masyarakat di daerah bisa hidup tanpa harus berjudi untuk mencari peruntungan ke kota besar. Kehadiran jalur kereta ke daerah-daerah juga menciptakan kestabilan harga kebutuhan pokok dan kepastian pasar terkait permintaan dan penawaran beragam komoditas. Dengan dibukanya jalur kereta ini penduduk di daerah yang kebanyakan mengandalkan hasil buminya untuk memenuhi perekonomian tidak bisa lagi ditekan terkait harga oleh para spekulan. Disribusi hasil bumi juga menjadi lebih jelas dan murah yang akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani.
Selanjutnya ketika daerah di pedalaman telah tersentuh oleh kereta api maka akan muncul industri kreatif yang sesuai dengan potensi daerahnya. Ketika telah terhubung dengan daerah lain maka mereka bisa terinspirasi untuk menggali potensi industri kreatif di daerahnya. Ekspresi kebudayaan setempat juga menjadi dikenal dan diapresiasi sehingga meningkatkan rasa nasionalisme dan lebih menghargai keberagaman budaya yang ada di Indonesia.
Dalam konteks kota besar, hadirnya kereta komuter dari daerah sub-urban hingga daerah pusat kota membuat mobilitas menjadi lebih singkat dan efisien. Hal ini mengurangi beban jalan kota sehingga kemacetan bisa dikurangi. Dengan lebih sedikitnya kendaraan pribadi di jalan raya maka imbasnya juga polusi kota akan menurun secara signifikan. Kerusakan jalan raya pun dapat diminimalisir. Kerugian ekonomi akibat konsumsi bahan bakar minyak akibat kemacetan yang mencapai 29,7 trilun (detik.com) ini bisa dipangkas dengan kehadiran transportasi massal seperti kereta api.
Kehadiran kereta api secara sosial juga berimbas pada terciptanya keterhubungan antara penduduk dengan kotanya. Dengan menggunakan kereta api mereka akan lebih sering menggunakan ruang-ruang publik seperti trotoar atau jembatan penyebrangan. Dengan itu kesempatan mereka bertemu dengan penduduk lainnya semakin intens dan bisa memicu timbulnya interaksi antar sesama penduduk kota. Hal ini sulit dijumpai ketika penduduk menggunakan kendaraan pribadinya. Ketika menggunakan transportasi massal maka perspektif mereka akan menjadi lebih luas. Keterikatan terhadap kotanya semakin dalam sehingga hal ini mendorong kesadaran berprilaku yang tidak merusak kotanya sendiri. Nas dan Sluis (2002:240) menyebutkan bahwa sarana transportasi menjadi satu hal yang menentukan bagi penghuni kota dalam memahami kota sehingga membentuk apa yang dinamakan peta mental seseorang akan kotanya. Hal mencerminkan harapan, kecemasan, pengalaman dan refleksi akan permasalahan saat ini (Nas, 460:1995)
Ketika jalur kereta api telah menyambungkan antar kota dan di dalam kota itu sendiri, langkah selanjutnya tentu memperbaiki fasilitas penunjang. Hal yang harus ditekankan ialah fasilitas yang ramah bagi penyandang disabilitas dan lansia karena mereka pun punya hak yang sama dengan penduduk lainnya untuk menggunakan kereta api, menikmati kotanya dengan menggunakan transportasi umum. Dengan baiknya sarana penunjang, maka cerita yang kerap saya dengar di kereta api ketika seorang nenek rindu hendak menemui cucunya akan lebih sering saya temui. Percaya atau tidak, kereta api mempererat silaturahmi antar insan manusia.
Akhir kata, dibangunnya infrastruktur kereta api dan reaktivasi jalur lawas dapat memberikan kemaslahatan bagi bangsa Indonesia. Kereta api membuat bangsa kita berdaulat dalam segala bidang. Kereta api membuat kita sadar bahwa kita memiliki potensi untuk membangun bangsa. Akhir kata, Dirgahayu PT. KAI ke 72. Merdeka!
***
Rujukan Kepustakaan
Kunto, Haryoto. 2000. Seabad Hotel Preanger 1897-1997. Grand Hotel Preanger dan Aerowisata: Bandung
Kusumawijaya, Marco. 2004. Jakarta: Metropolis Tunggang Langgang. Gagas Media: Jakarta
Nas, J.M. 2007. Kota-Kota Indonesia: Bunga Rampai. UGM Press: Yogyakarta
Rujukan online:
Badan Pusat Statistik. Jumlah Penumpang Kereta Api 2006-2017. https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/815, diakses (20/09/2017)
Detiknews. Kerugian Akibat Macet di Jalan. https://news.detik.com/infografis/d-3582807/kerugian-akibat-macet-di-dki-jakarta, diakses (21/09/2017)